Rabu, 24 Agustus 2011

slow but sure

kadang, ada beberapa hal di dunia ini yang jika dimulai dari NOL akan lebih maksimal hasilnya, dibanding dengan yang mendapatkannya dengan mudah dan instan.

Selasa, 23 Agustus 2011

the reason to smile

just to let you know, gue selalu nyempetin ngeliat foto-foto cowok ter-handsome sedunia (versi gue) kalo lagi bete, moody nya lagi keluar, atau lagi bosen. bahkan foto-foto ini gue jadiin wallpaper laptop HAHA, yes i'm a little freaker. gak penting sih, tapi terkadang ini penting! these are my mood-up maker :)

"When the dog bites, when the bee stings,
when I'm feeling sad,
I simply remember my favorite things,
and then I don't feel so bad"

-My Favourite Things (ost. The Sound of Music)

Ashton Kutcher

Zac Efron

Taylor Lautner

Mario Maurer
aww. speechless.

Senin, 22 Agustus 2011

don't judge a book by it's cover

mungkin tanpa kita sadari, sering banget nilai seseorang pertama kali hanya dari penampilan luar atau first impression aja, termasuk gue. Liat orang yang pendiam, pasti orang itu tertutup. padahal ternyata setelah kenal justru dia sangat terbuka dan friendly. liat orang berpenampilan aneh, langsung mikir kalo dia gak ngerti fashion atau dari keluarga yang kurang mampu. padahal siap sangka kalo dia ternyata memang orang yang sederhana, bahkan ternyata punya butik pribadi. Liat orang pecicilan, ketawa terus, langsung nge-judge kalo orang itu tukang cari perhatian dan otaknya "kosong'. ternyata setelah kenal, justru orang itu memang tipe yang gak pernah show-off masalah yang ada di dirinya, dan bahkan dia sangat smart!

ada satu cerita yang membuktikan bahwa memang kita tidak bisa menebak atau menilai sesuatu dengan tepat, hanya dari first impression-nya saja.


"Seorang wanita dengan mengenakan gaun motif kotak pudar dan suaminya yang mengenakan setelan tenunan usang turun dari kereta api di Boston. Dengan agak ragu mereka berjalan menuju kantor kepala sekolah (rektor) Harvard, bermaksud untuk menemui sang rektor walaupun tanpa janji terlebih dahulu. Sekretaris rektor mengerutkan keningnya melihat kelakuan mereka, dia berpikir, "kedua orang udik dan tidak terpelajar ini pasti tidak ada urusan di Harvard dan bahkan tidak pantas berada di Cambridge".


"Kami ingin bertemu dengan rektor", lelaki itu berkata dengan lembut kepada sang sekretaris.

"Beliau sibuk seharian ini" sang sekretaris menjawab.

"Kami akan menunggu." kali ini si wanita yang menjawab.

Selama empat jam mereka menunggu dan si sekretaris sepertinya tidak mengacuhkan mereka, dia berharap agar mereka bosan dan jadi berkecil hati hingga akhirnya pergi. Namun ternyata pasangan suami sitri tersebut tidak pergi-pergi sehingga membuat si sekretaris frustasi dan akhirnya memberitahu sang rektor tentang kedatangan mereka. "Mungkin jika anda menemui mereka barang beberapa menit mereka akan pergi." kata sekretaris kepada rektor. Dengan perasaan malas sang rektor pun akhirnya menemui mereka, dia berpikir bahwa orang sepenting dirinya tidak mempunyai waktu untuk menemui orang kampungan ini, tetapi ia ingin agar mereka cepat-cepat pergi dan tidak merusak pemandangan kantornya. Sang rektor memasang muka yang bermartabat dan berjalan dengan pongahnya menuju pasangan suami istri tersebut.

Wanita itu berkata kepadanya, "Kami memiliki seorang putra yang sekolah di Harvard selama satu tahun. Dia mencintai Harvard, dia bahagia di sini. Tapi sekitar setahun yang lalu, ia dibunuh. Saya dan suami saya ingin mendirikan tugu peringatan kepadanya di suatu tempat di kampus ". Sang rektor sama sekali tidak tersentuh oleh cerita wanita itu dia hanya terkejut mendengar pasangan suami istri ini ingin mendirikan tugu peringatan untuk mengenang anaknya.

"Nyonya, kami tidak bisa menaruh patung semua orang mati yang pernah sekolah di Harvard, kalau kami lakukan itu, tempat ini nantinya akan tmpak seperti pemakaman saja."

"Oh bukan begitu", kata si wanita, "kami tidak ingin membuat patung, kami hanya ingin membuat sebuah gedung untuk Harvard."

Sang rektor terkejut bukan main, dia pun berkata,"Sebuah gedung ya? tahukah anda berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun sebuah gedung?" dia bertanya dengan sinisnya kepada pasangan suami istri itu. "Kami sudah menghabiskan tujuh setengah juta dollar untuk pembangunan fisik Harvard saja." Sejenak wanita itu terdiam.

Sang rektor merasa senang, dia bisa membuat mereka pergi sekarang.

Si wanita memandang suaminya dan berbisik,"Segitukah biaya untuk membuat sebuah universitas? Kenapa kita tidak membuat universitas kita sendiri?" suaminya mengangguk.
Sang rektor hanya berdiri kebingungan.

Akhirnya Tuan dan Nyonya Leland Stanford pergi ke Palo Alto, California, dimana akhirnya mereka mendirikan universitas yang menggunakan nama mereka yaitu Universitas Stanford, sebagai kenangan terhadap putra mereka yang tidak dipedulikan oleh Universitas Harvard."

pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini adalah jangan pernah tertipu dengan keadaan 'luar', tapi coba deh untuk mulai menilai sesuatu dengan lebih dalam dan dari berbagai sudut pandang. Coba belajar untuk memahami sesuatu, jangan hanya melihat dari permukaannya saja. Ya, don't judge a book by it's cover.... termasuk dalam hal kalian menilai gue :))